Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Muslim Masa Kini, Asal Tafsir Tanpa Mikir

doc. google “ Kini di hari ini, di kedalaman belantara jagat digital dan sosial media, kepada siapa kita mesti berguru ilmu agama Islam?” Buku ini mengajak kita untuk bertafakkur dan menengok kembali ilmu agama yang tertancap dalam hati kita, menjadikan rendah hati dan menahan untuk tidak mencela seorang yang tidak sesuai dengan perspektif kita. Ketahuilah, bahwa berbeda itu wajar apalagi di negara Indonesia yang multikultural dari sabang sampai merauke. Ramainya social media, dan melimpahnya informasi tentang agama yang tersebar di instagram, facebook, website membuat banyak sekali orang yang belajar dan mengambil sumber dari internet tanpa pikir Panjang . Istilah tergusurnya para ahli juga menjadi subbab yang dibahas dalam buku ini, melihat maraknya Google menjadi banyak patokan untuk mencari ilmu. “Pertanyannya ialah link-link macam apakah yang anda konsumsi? Benarkah itu link-link dari para ahli yang otoratif di bidangnya? Ataulah itu hanya link yang kebetulan be...

Tipe Mahasiswa Dalam Mengerjakan Skripsi

doc. google Tipe Ngebut Ga ada salahnya ngebut asal tubuh dan otak kuat, tapi tidak semua orang punya kekuatan seperti itu. Ngebut asal ada waktu untuk menge-cas diri tidak masalah, tapi ada beberapa kasus yang sempat viral yaitu mahasiswa meninggal setelah 7 hari 7 malam mengerjakan skripsi. Oh my god! Itu berlebihan karena kesehatan sangatlah berharga, kamu meninggal kampus tidak rugi apa-apa guys. So keep healthy ya buat kalian yang lagi nggetu dan ngebut ngerjain skripsi, yang selalu di atas kasur atau penunggu setia perpustakaan. Mahasiswa tipe ini punya progress yang luar biasa cepat dalam mengerjakan skripsi, kalo dibolehin sama kampus/kaprodi hari ini ngajuin proposal skripsi besoknya udah sidang penghabisan (skripsi). 1 hari 1 malam dikerjakan. Tipe Santai (its me!) doc. pinterest Santai dan malas beda ya, tipe santai ini bukan berarti tidak punya target dalam hidupnya, bahkan ada target yang harus diselesaikan sebelum dia lulus. Karenan...

Do’a Ibu Masih Menggantung di Langit

doc. Google Ibu, aku tak tau kenapa wajahmu menempel disetiap partikel debu yang mengendap, terbayang disetiap lamunan sebelum tidurku, di rintik hujan yang jatuh, pun di langit-langit atap kamarku, memikul rindu yang seharusnya tak sebegini beratnya Kata banyak orang ketika ibumu tiada terputuslah satu keajaiban do’a, tapi aku tak percaya karena do’a ibu semasa hidup masih menyertaiku   disetiap hela nafasku, disetiap aku berjalan, ditimpa duka, kebencian bahkan saat dunia mengkhianati. Aku percaya do’a ibu, meski raganya telah tiada di dunia namun doa-doanya masih mengantung dilangit-langit, didengar Allah dan menyertai kehidupanku bahkan setiap langkah menjagaku di setiap kesusahan yang kualami. 😊 Do’a ibu itu sepanjang masa, tidak kemarin dikabulkan namun 2,3 atau 5 tahun lagi akan dikabulkan, doa itu selalu baik untuk anaknya. Dan seperti itulah yang dirasakan setiap anak yang kehilangan ibunya, dirinya pasti terjaga oleh do’a ibu di masa silam, dan dijaga ole...

Menghipnotis Dengan Menulis

Satu peluru hanya dapat menembus satu kepala, namun satu tulisan mampu menembus jutaan kepala (Sayyid Quthb) Memasuki kecanggihan zaman atau yang biasa disebut 4.0 memaksa kita untuk dimanjakan oleh teknologi, bersantai sembari scroll up media sosial merasa diri sudah serba tahu dengan mudahnya akses internet dan informasi yang melimpah. Padahal kecanggihan tersebut bisa menghasilkan sebuah karya jika dimanfaatkan dengan baik. Karya melalui menulis, misalnya. Semua orang bisa berbicara ngalor ngidul (sembarangan) namun tak semua orang bisa menulis hingga menginspirasi. Banyak pembicara hebat lahir dari penulis yag hebat. Maka betapa pentingnya menulis bagi kehidupan kita, karya-karya tersebut akan menjadi peninggalan kita saat telah tiada, dibaca jutaan kepala dan diterapkan. Seperti karya-karya Jalaludin Rumi, jasadnya telah tiada namun namanya tetap melangit. Betapa banyak manfaat yang kita dapatkan dengan menulis, tak hanya dapat menghipnotis satu kepala ...

Hikayat Perjuangan

Oleh: Ayu Kamalia Khoirun Nisa doc. liputan6.com Kepada jiwa yang meniupkam kelembutan Pada sabar yang toleransi akan keburukan Ada keringat menetes pada juang mencerdaskan Indonesia Masa depan itu ada di pundak mereka Sosok anak yang mengenakan pakaian Dengan warna mirip bendera Negara, merah putih Mereka yang mendidik dengan ilmu Pada letih yang tak dihargai Pada jenuh yang tak difikirkan Di pelosok desa mereka berjuang Demi bumi pertiwi tempat dia membesarkan diri Terima kasih Pahlawan tanpa tanda jasa Guruku, pahlawan masa kini. Sidoarjo, 11/10/19