Satu peluru hanya dapat menembus satu kepala,
namun satu tulisan mampu menembus jutaan kepala (Sayyid Quthb)
Memasuki kecanggihan zaman atau yang biasa disebut 4.0
memaksa kita untuk dimanjakan oleh teknologi, bersantai sembari scroll up
media sosial merasa diri sudah serba tahu dengan mudahnya akses internet dan
informasi yang melimpah. Padahal kecanggihan tersebut bisa menghasilkan sebuah
karya jika dimanfaatkan dengan baik.
Karya melalui menulis, misalnya. Semua orang bisa
berbicara ngalor ngidul (sembarangan) namun tak semua orang bisa menulis
hingga menginspirasi. Banyak pembicara hebat lahir dari penulis yag hebat. Maka
betapa pentingnya menulis bagi kehidupan kita, karya-karya tersebut akan menjadi
peninggalan kita saat telah tiada, dibaca jutaan kepala dan diterapkan. Seperti
karya-karya Jalaludin Rumi, jasadnya telah tiada namun namanya tetap melangit.
Betapa banyak manfaat yang kita dapatkan dengan menulis,
tak hanya dapat menghipnotis satu kepala namun jutaan kepala sekaligus, arus
kecanggihan teknologi membuat sebuah tulisan tersebut sangat mudah disebarkan
di dunia maya. Hal tersebut menjadi peluang yang harus kita ambil,
menginspirasi melalui menulis
Dengan menulis kita juga memberi manfaat untuk diri kita
sendiri, seperti kata Pramodya Ananta Toer “menulislah, selama engkau tidak
menulis engkau akan hilang dari masyarakat dan pusaran sejarah”. Siapa kalian di masa depan, tergantung apa
yang kalian tulis hari ini, maka mendunialah dengan menulis.
Tak hanya itu, menjadi sebuah pilihan di zaman sekarang
mau memanfaatkan atau dimanfaatkan. karena seharusnya bukan kita yang dimanfaatkan
oleh teknologi namun kita yang membuat teknologi dapat menjadikan senjata bagi
masyarakat Indonesia untuk memperbaiki budaya menulis/literasi yang semakin
memburuk.
Keluhan-keluhan lain muncul, tak jarang kita mengalami
kesulitan menulis banyak yang bingung bagaimana memulai menulis apalagi bagi
penluis pemula yang baru menemukan dunianya.
Mereka merasa sangat kesulitan hingga menyerah dan menjauh. Katanya
menulis adalah jenuh.
Tidak banyak yang tau, sebelum kita menulis ada baiknya
kita membaca, menelaah, melihat sekitar atau peka sosial. Hal tersebutlah yang
memudahkan kita menulis karena kita menguasai tema yang hendak ditulis. Good reader is a good writer! Tidak
semua penulis lahir dengan tiba-tiba tanpa membaca. Mustahil!
Apalagi di era digital penuh dengan generasi milenial,
untuk bisa membaca kita tidak harus pergi ke perpustakaan dan tidak harus membeli
untuk bisa membaca buku. Ada android yang berada di genggaman kita untuk
membaca melalui google books ataupun buku-buku digital lainnya. Jadi
tidak ada alasan untuk susah membaca, karena dunia sudah ada dalam genggaman.
Menulis adalah bagian yang penting dalam kehidupan kita, coba
perhatikan setiap Universitas di berbagai jenjang pasti mensyaratkan menulis
bagi para mahasiswanya untuk lulus. Atau yang biasa disebut skripsi, thesis
hingga disertasi. Jika kita tak mau belajar menulis di era serba canggih ini,
siap-siaplah untuk digerus teknologi, diperbudaknya hingga menjdikan kita
manusia yang hidup hanya sekedar hidup, babi dihutan juga bisa hidup.
Melihat betapa sangat pentingnya menulis apalagi di era
kecanggihan teknologi, bagi saya menulis adalah kemampuan dasar yang harus
dimiliki bagi semuanya terutama para milenial, agar tak diperbudak teknologi. Selanjutnya,
agar dapat menghipnotis siapa saja melalui menulis dengan berbagai susunan kata
yang terstruktur dan mempengaruhi pembaca, dan semua butuh proses!
Selain itu jangan lupa jadilah penulis yang bijak melihat
perkembagan zaman dan isu terkini dengan sihiran kalimat-kalimat indah yang
mampu mengubah semesta, atau bisa jadi dengan menulis dapat membawamu keliling
dunia! Percayalah tidak ada yang tidak mungkin bagi penulis.
Langit runtuh, senja membiru hingga awan membeku lalu
menangis adalah mungkin bagi penulis. Mengapa? Karena penulis adalah
Tuhan. Semua adalah imajinasi yang hanya
dimiliki oleh jiwa-jiwa penulis.
ayo mampir d blog ku
BalasHapusAyoo
HapusKeren. Mampir ke blogku juga ya
BalasHapus