Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Mabuk cinta kepada Allah

Hubbul ilaihiyyah yang mendalam Mabuk cintanya   kepada Allah Sifat uzlah tertanam dalam diri Wira’i menjadi patokannya Syubhat tak ada lagi dalam diri Bersih dari dosa dan maksiat Zuhud di tengah godaan Menjauhi fatamorgana dunia Meraih tajalli menggapai ridhoNya Cintanya pada Allah menggebu Rindunya tak semu Sosok wanita pertama yang digelari sufi Dentang-denting kehidupannya Tak ingin menikah demi cintanya pada Allah Setiap hela nafasnya, degup jantungnya Mengalir ucapan, Lailahailallah Dia telah benar-benar mabuk Mabuk cinta kepada Allah Wanita hebat, yang telah mencapai ma’rifat “RABI’AH AL ADAWIYAH”

Ma’rifat Rindu

Kutelusuri senja Berawal dari hakikat rindu Berjalan menggapai tareqat kerinduan Hingga di ujung ma’rifat rindu             Kepada rindu yang memuncak             Pada Allahu rabbi, yakinkah?             Bahwa rindu ini telah mencapai puncaknya? Takhalli, tahalli dan tajalli Ketiga proses situ saja belum aku raih Mana mungkin rindu ini memuncak? ah munafik             Hamba yang berdosa tanpa noktah             Mengalir bagaikan sungai tak berkesudahan             Merindu sang illahi             Dengan terus memperbaiki diri lagi dan lagi Karena Allah suka dengan hambanya y...

Rindu Fajar Di Ujung Madura

Kepulan asap berbau pekat menghiasi Limbah pabrik tercemar mengiringi Fajar tertutup kabut tak bertepi Seperti inikah fajar di hiruk pikuk kota yang dipenuhi hal duniawi Membuatku rindu pulau garam Tanah kelahiran tempat bersemayam Di ujung Madura fajar terbit bak gurindam Menampakkan cahayanya menghiasi, se antero bumi bergumam Fajar menyilaukan namun keberadaannya banyak dicari Bersemi di hati Terpukau akan jingganya muncul di langit ini Inginku meraihnya dalam sepi             Fajar muncul pagi datang             Kupu-kupu melayang             Indah terkenang Tak jua berlinanng di sudut Madura, Mei 2016

Senja Di Dua Belas Juli

O leh: Ayu Kamalia Khoirunnisa’ Jingga membias di seluruh cakrawala langit Terik matahari yang sengit Aku terbata tak berkata Menatap retina matamu yang berkaca         Satu hari di dua belas juli         Sajak ku lukis teriringi         Kado puisi yang ku beri         Memoles senyum di wajahmu yang berseri Jarak memisahkan antara dua hati Senja merenung mengikuti, sinarnya selalu kun anti Gelap malam bersama bintang Diriku adalah hati yang menunggu rinduku pulang         Kau kurindu tanpa ampun         kebahagiaan lain kan datang bersautan         Menyambut hadir dua orang yang terpisah         Bersama rindu yang kian mendesah Surabaya, 18/10/2017